Sistem Ekonomi
Perekonomian Republik Federal Jerman terintegrasi secara internasional, tidak seperti perekonomian dari sebagian besar negara lainnya yang tidak begitu terintegrasi ke dunia internasional. Pada saat ini perusahaan-perusahaan Jerman menghasilkan kira-kira sepertiga omset mereka melalui perdagangan dengan luar negeri – tendensinya naik. Masa depan lokasi bisnis Jerman dan banyak pabrik tergantung dari perdagangan luar negeri yang dinamis. Oleh karenanya persaingan bebas, pasar terbuka dan persyaratan yang mendukung perdagangan dan investasi sangat menentukan. Dan pertumbuhan ekonomi jerman merupakan ke tiga terbesar setelah Amerika Serikat dan Jepang..
Perekonomian Republik Federal Jerman terintegrasi secara internasional, tidak seperti perekonomian dari sebagian besar negara lainnya yang tidak begitu terintegrasi ke dunia internasional. Pada saat ini perusahaan-perusahaan Jerman menghasilkan kira-kira sepertiga omset mereka melalui perdagangan dengan luar negeri – tendensinya naik. Masa depan lokasi bisnis Jerman dan banyak pabrik tergantung dari perdagangan luar negeri yang dinamis. Oleh karenanya persaingan bebas, pasar terbuka dan persyaratan yang mendukung perdagangan dan investasi sangat menentukan. Dan pertumbuhan ekonomi jerman merupakan ke tiga terbesar setelah Amerika Serikat dan Jepang..
namun pada
saat ini perekonomian Jerman mengalami kemunduran dan kemerosotan.
Kemerosotan ini diakibatkan oleh dampak globalisasi yang melanda
dunia.Globalisasi telah mengubah wajah perekonomian Jerman. Seiring bergulirnya
globalisasi, kejutan demi kejutan mengiringi bergulirnya dunia bisnis Jerman.
Pandangan pers terhadap bisnis
Jerman
Harian-harian terbitan Jerman menulis tentang turunnya tingkat upah dan gaji, naiknya keuntungan perusahaan di bursa saham DAX, politik upah dan aturan jam kerja yang lebih fleksibel. Majalah mingguan terbitan London Economist juga menurunkan berita utama “Kejutan Bisnis Jerman”.
Harian-harian terbitan Jerman menulis tentang turunnya tingkat upah dan gaji, naiknya keuntungan perusahaan di bursa saham DAX, politik upah dan aturan jam kerja yang lebih fleksibel. Majalah mingguan terbitan London Economist juga menurunkan berita utama “Kejutan Bisnis Jerman”.
Selain itu
Economist menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan Jerman sejak 1999 menunjukkan
kemajuan dengan mengurangi tingkat upah dan gaji, berlawanan dengan yang
dilakukan oleh perusahaan di Perancis, Italia dan Spanyol. Hal ini memicu
reaksi
serikat buruh terhadap jam kerja yang makin panjang dan fleksibel dan pembatalan komponen-komponen gaji. Ini juga berarti juga perusahaan memberikan ruang untuk bergerak bagi para buruhnya. Para pemimpin perusahaan Jerman juga mulai melihat masa depan dengan lebih optimis dan percaya diri. Apalagi dengan semakin meningkatnya keuntungan saham di bursa DAX dalam kuartal kedua tahun ini, menjadi penanda siapnya perusahaan Jerman dalam kompetisi internasional. David Shireff dari Economist menyatakan:”Apa yang kurang dari Jerman adalah optimisme dan persepsi masyarakat bahwa infrastruktur dan aturan kerja merupakan kekayaaan Jerman. Oleh sebab itu seharusnya orang tidak memandang hal tersebut dengan pesimis.”
serikat buruh terhadap jam kerja yang makin panjang dan fleksibel dan pembatalan komponen-komponen gaji. Ini juga berarti juga perusahaan memberikan ruang untuk bergerak bagi para buruhnya. Para pemimpin perusahaan Jerman juga mulai melihat masa depan dengan lebih optimis dan percaya diri. Apalagi dengan semakin meningkatnya keuntungan saham di bursa DAX dalam kuartal kedua tahun ini, menjadi penanda siapnya perusahaan Jerman dalam kompetisi internasional. David Shireff dari Economist menyatakan:”Apa yang kurang dari Jerman adalah optimisme dan persepsi masyarakat bahwa infrastruktur dan aturan kerja merupakan kekayaaan Jerman. Oleh sebab itu seharusnya orang tidak memandang hal tersebut dengan pesimis.”
Namun di
Jerman masih saja ada kekhawatiran orang akan kekurangan lahan pekerjaan dan
ini berpengaruh pada berkurangnya tingkat konsumsi rakyat. Dengan tingkat
suku bunga 11 persen Jerman menempati posisi pertama dunia, tapi keuntungan
hanya diraup di bidang ekspor, bukan pada keseluruhan siklus ekonomi. David
Shireff mengatakan:“Banyak hal yang harus diubah oleh Jerman, terutama di
bidang penelitian dan pengembangan, inovasi, pelatihan, dan semua yang
sebenarnya bukan prioritas utama. Jika Jerman mampu mencapai hal
tersebut, Jerman akan kembali menjadi
penggerak (ekonomi) Eropa.”
penggerak (ekonomi) Eropa.”
Harian
Handelsblatt mencatat orang asing lebih dapat memprediksi keadaan perekonomian
dan profitabilitas perusahaan Jerman daripada orang Jerman sendiri.
Investor asing ramai-ramai membeli saham konglomerasi Jerman. Saat ini tercatat delapan dari 30 perusahaan konglomerasi Jerman yang menjadi anggota DAX seperti
Adidas, BASF, Commerzbank, Continental, Deutsche Bank, Deutsche Börse, Schering, dan Siemens berada di tangan investor asing.
Investor asing ramai-ramai membeli saham konglomerasi Jerman. Saat ini tercatat delapan dari 30 perusahaan konglomerasi Jerman yang menjadi anggota DAX seperti
Adidas, BASF, Commerzbank, Continental, Deutsche Bank, Deutsche Börse, Schering, dan Siemens berada di tangan investor asing.
Globalisasi ekonomi Jerman di mata
pakar ekonomi
Efek
globalisasi juga tampak dengan munculnya ekspatriat dalam jajaran dewan direksi
di beberapa perusahaan Jerman. Sebuah studi yang dilakukan perusahaan konsultan
ekonomi Simon, Kucher & Partner di Bonn menyatakan bahwa 20 persen anggota
dewan
direksi dari 30 perusahaan Jerman yang terdaftar di bursa DAX adalah orang asing.Berikut pernyataan Christoph Lesch, wakil dari perusahaan konsultan ekonomi Simon, Kucher & Partner mengenai bertambahnya manajer berpaspor asing dalam
kurun waktu lima tahun terakhir ini, berpendapat: “Alasannya sangat jelas, perusahaan-perusahaan itu tahu bahwa manajer internasional merupakan salah satu hal pendukung keuntungan, karena mereka dapat berkomunikasi dengan kliennya dalam level yang sama. Misalnya manajer dari Amerika bertemu dengan klien dari Amerika Serikat, tentu saja pembicaraan mereka lebih lancar karena latar belakang yang sama daripada berbicara dengan manajer Jerman.
direksi dari 30 perusahaan Jerman yang terdaftar di bursa DAX adalah orang asing.Berikut pernyataan Christoph Lesch, wakil dari perusahaan konsultan ekonomi Simon, Kucher & Partner mengenai bertambahnya manajer berpaspor asing dalam
kurun waktu lima tahun terakhir ini, berpendapat: “Alasannya sangat jelas, perusahaan-perusahaan itu tahu bahwa manajer internasional merupakan salah satu hal pendukung keuntungan, karena mereka dapat berkomunikasi dengan kliennya dalam level yang sama. Misalnya manajer dari Amerika bertemu dengan klien dari Amerika Serikat, tentu saja pembicaraan mereka lebih lancar karena latar belakang yang sama daripada berbicara dengan manajer Jerman.
Walaupun ada internasionalisasi,
hampir semua konglomerasi Jerman masih tetap menggunakan bahasa Jerman sebagai
bahasa sehari-hari dalam perusahaan. Artinya, bagi banyak manajer yang ingin
bekerja di Jerman ini merupakan suatu hambatan, ujar Lesch. Hanya dalam
perusahaan konglomerasi Jerman yang bersistem kepemimpinan ganda digunakan
bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar, seperti Siemens di München dan raksasa
energi RWE. Namun faktor bahasa bukan satu-satunya tolok ukur internasionalisasi.
Lesch menjelaskan:”Tolok ukur pertama adalah tingkat penjualan, seberapa banyak
transaksi yang dilakukandengan klien luar negeri. Poin penting lainnya adalah
karyawan, seberapa banyak karyawan yang ditempatkan di luar negeri. Bila diperhatikan
baik-baik, perusahaan-perusahaan anggota bursa DAX yang seperti
itulah yang mencapai tingkat kesuksesan internasionalisasinya tinggi. Artinya, kini tingkat
penjualan luar negeri rata-rata sudah 70 persen dan menurut data tahun 2004, ada 50 persen karyawan perusahaan Jerman yang bekerja di kantor luar negeri.”
itulah yang mencapai tingkat kesuksesan internasionalisasinya tinggi. Artinya, kini tingkat
penjualan luar negeri rata-rata sudah 70 persen dan menurut data tahun 2004, ada 50 persen karyawan perusahaan Jerman yang bekerja di kantor luar negeri.”
Pengalaman
dan pelatihan di luar negeri merupakan syarat untuk mendapatkan posisi di
tingkat tinggi manajemen. Sebagian besar manajer tingkat tinggi di perusahaaan
anggota DAX memenuhi persyaratan tersebut, sebagaimana dikatakan Lesch:”60
persen anggota direksi memiliki pengalaman kerja dan pelatihan di luar negeri.
Angka ini terus meningkat. Ini terlihat juga dari lama izin tinggal
mereka di luar negeri yang ternyata dua kali lebih tinggi dari rata-rata dewan
direksi perusahaan anggota DAX lainnya.”
Menurut
Lesch, ternyata masih sedikit kursi dewan direksi yang diisi orang asing. Hal
itu disebabkan karena adanya peraturan pemerintah dan kurangnya minat investor
asing. Selain itu, jarang sekali ada serikat buruh yang bersedia memberikan
jatah kursi dewan
direksi untuk serikat buruh asing. Satu-satunya contoh adalah perusahaan multinasional Amerika-Jerman DaimlerChrysler. Lesch mengatakan serikat buruh Jerman IG Metall bersedia memberikan jatah kursi di dewan direksi kepada serikat buruh Amerika Serikat.
direksi untuk serikat buruh asing. Satu-satunya contoh adalah perusahaan multinasional Amerika-Jerman DaimlerChrysler. Lesch mengatakan serikat buruh Jerman IG Metall bersedia memberikan jatah kursi di dewan direksi kepada serikat buruh Amerika Serikat.
0 komentar:
Posting Komentar